Monday, February 14, 2011

Mari mencintai Rasulullah

Rasulullah, cinta kita.

Sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk mencintai Rasulullah melebihi daripada cintanya kepada semua makhluk. Buah cinta itu sangatlah agung dan besar yang akan dapat dipetik di dunia dan akhirat, tetapi dalam kenyataannya banyak kita temui kekeliruan dalam memahami cinta kepada Rasulullah dengan pemahaman yang sangat sempit. Seringkali laungan cinta kita padanya hanya terkurung dalam perarakan dan alunan selawat. Oleh itu seharusnya kita cuba mengenali baginda dan menelusuri liku-liku hidup baginda hingga kita benar-benar cinta dan mampu menterjemahkan cinta kita padanya dalam pandangan dan sikap hidup kita.


Siapakah Rasulullah Saw
Rasulullah SAW adalah Rasul pilihan Allah yang diutuskan kepada ummat manusia untuk membimbing mereka kepada hidayah Allah; berbuat yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran serta beriman kepada Allah.
Sebelum kedatangan Rasulullah SAW, manusia berada di ambang kehancuran lantaran kebudayaan yang menyebabkan tertegaknya tamadun ketika itu telah hancur.
“Tamadun adalah umpama suatu pohon rendang yang bayang-bayangnya meliputi seluruh dunia; sekarang ia telah terhoyong hayang, dimakan reput hingga ke akar umbinya. Dan di tengah-tengah kerosakan yang sebegitu meluas lahirlah seorang insan yang bakal menyatukan seluruh alam”
Emotion as the Basic of Civilization; oleh J.H Denison

Ketika kemanusiaan sedang berada dalam kesesakan nafas di ambang maut dan ketika keinsanan insan berada di sakaratul maut, Allah mengutuskan Nabi Muhammad SAW untuk membangkitkannya semula dan mengeluarkan umat manusia dari kegelapan kepada cahaya, daripada perhambaan kepada sesama makhluq kepada perhambaan kepada Khaliq dan dari kesempitan hidup jahiliyyah kepada keluasan hidup Islam. Firman Allah SWT;
الر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (إبراهيم: 1.
Rasulullah SAW memecah belenggu-belenggu jahiliyyah dan khurafat dan mengajak manusia kepada pengabdian yang akan membebaskan mereka daripada segala bentuk ikatan lain. Dia mengembalikan kepada mereka kebahagiaan hidup yang sebenarnya.
Firman Allah SWT;
… يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنْ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمْ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمْ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلاَلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ (الأعراف: 157).
“…yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belengu yang ada pada mereka”

Tanggungan yang terlalu berat
Rasulullah SAW didatangkan ketika dunia ini diumpamakan sebuah rumah yang telah dilanda gempa bumi yang dahsyat. Semua yang berada di dalamnya menjadi tunggang langgang, menyebabkan barang-barang berselerakan di sana sini.Dalam suasana kekusutan ini, manusia lupakan dirinya. Dia sudah hilang harga diri hinggakan dia tidak segan silu lagi bersujud pada pokok, batu dan air. Sujud pada segala kejadian alam yang tidak berkuasa. Kebijaksanaan tidak berguna lagi. Fikirannya menjadi terlalu kusut dan aqalnya menjadi terlalu serong hinggakan dia tidak lagi mampu membezakan antara yang baik dan buruk.
Akibatnya kemungkaran dipandang sebagai ma’ruf. Lalu serigala umpamanya ditugaskan menjaga biri-biri, pengkhianat dibenarkan menjadi juru damai. Orang-orang yang besar dan keji hidup aman damai. Kebijaksaaan menipu dianggap sebagai kebijaksaan manakala kebijaksanaan itu sendiri dianggap sebagai kebodohan. Khazanah yang paling berharga iaitu kemanusiaan sendiri telah mengalami kehancuran.
Di tengah kepekatan jahiliyyah inilah diutuskan Rasulullah SAW untuk membimbing manusia untuk kembali kepada kemanusiaannya dan menjadi hamba kepada Khaliqnya (Penciptanya).
Ya, hanya Rasulullah SAW yang sanggup memikul beban seberat  ini. Lalu dengan segala rasa cinta dan kasihkan ummatnya baginda mengharungi berbagai keperitan dan penderitaan. Keperitan dan penderitaan untuk membongkar kegelapan jahiliyyah untuk memimpin jiwa manusia kembali kepada keinsanan dan kehambaan kepada Allah SWT.  Baginda disakiti, dilumuri najis, dihina dan diseksa. Pernah satu hari Rasulullah SAW pulang kerumahnya dengan jubahnya dilumuri dengan uri unta yang busuk berulat. Anaknya Fatimah tidak dapat menahan air mata sambil berkata “Ya Abata (Panggilan untuk ayah), apalah salahmu hingga kamu diperlakukan begini? Rasulullah menjawab dengan penuh pasrah dan sabar “Mereka masih belum beriman. Jika tidak tentu mereka tidak akan berbuat begini.”
Tidak ada kemarahan yang terpamer pada wajahnya melainkan rasa kasihan pada ummatnya yang begitu jauh dari kebenaran.
Ketika tentangan dakwah begitu hebat di Mekkah, Baginda ditemani oleh Saidina Zaid berjalan kaki merentasi padang pasir yang kering kontang dan tandus menuju ke Taif dengan harapan dakwahnya akan diterima di sana. Cuba kita bayangkan perjalanan hampir 100km tanpa bekalan makanan melainkan taqwa dan keimanan kepada Allah, tidak ada tunggangan melainkan roja’ dan pengharapannya pada Allah SWT. Ketika sampai di Taif, baginda tidak berehat tetapi terus ke nadi (kelab) di mana pimpinan bani Tsaqif berkumpul. Mereka bukan sekadar memperolok-olokkan dakwah baginda, bahkan mereka mengumpulkan kanak-kanak dan lelaki-lelaki terencat akal lalu melontarkan batu-batu yang keras dan tajam pada tubuh baginda. Zaid RA yang menjadikan dirinya sebagai benteng, hampir-hampir pecah kepalanya. Darah baginda yang mulia mengalir melalui betis-betis baginda lalu membasahi bumi Taif. Namun ketika malaikat datang dengan tawaran untuk membinasakan penduduk Taif …adakah baginda membenarkannya? Tentunya tidak, bahkan sabda baginda “Kalaupun mereka tidak beriman, semoga dari sulbi (zuriat) mereka nanti lahir keturunan yang akan beriman kepada Allah”.
Rasulullah SAW tidak pernah mendoakan kemusnahan untuk umatnya seperti nabi-nabi terdahulu, bahkan baginda hadapi semua tentangan dengan redha dan menyimpan doanya untuk hari yang begitu dahsyat nanti iaitu Yaumul Mahsyar. Rasulullah simpankan doanya sebagai syafaat kepada umatnya nanti.
Begitulah, Baginda  berdakwah dan mendidik ummat dengan penuh kecintaan dan ketaatan kepada Allah, dengan penuh kasih sayang kepada manusia serta bersabar dan bersifat lemah lembut dengan segala tentangan, siksaan dan halangan.
Selama 13 tahun Baginda di Mekkah, penuh keazaman dan ketabahan hati, ia menjelaskan kepercayaan (keimanan) kepada Allah, Kerasulan dan hari kebangkitan. Baginda membangunkan ummat di atas dasar Aqidah yang benar dan mengembangkan dakwah ke segala penjuru alam. Hinggalah sampai kepada kita hari ini.

Kewajiban Mencintai Nabi Muhammad Saw Diatas Semua Makhluk
Oleh itu menjadi satu kewajiban untuk kita cintakan Baginda SAW. Berikut ini ada beberapa hal yang berhubungan dengan kecintaan kita kepada Rasulullah saw.
a.    Wajib mencintai Nabi SAW melebihi cintanya kepada diri sendiri.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam ra. bahwa dia berkata:
Kami pernah bersama Nabi SAW  sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khatthab ra, maka Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku. Maka Nabi  bersabda: Tidak, demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya! Hingga kamu lebih mencintai aku dari pada dirimu sendiri. Umar berkata kepadanya: Sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri. Nabi bersabda:
“Sekarang wahai Umar.”
(H.R Bukhari)
b.    Wajib mencintai Nabi melebihi cintanya kepada orang tua dan anak.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah di antara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai dari pada orang tua dan anaknya.(H.R Bukhari)
c.     Wajib mencintai Nabi melebihi cintanya kepada keluarga, harta dan seluruh manusia.
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Tidaklah seorang hamba beriman sehingga aku lebih dicintai kepadanya dari pada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia.(H.R Bukhari)
Firman Allah
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul- Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At Taubah 24).
Imam Al Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas: Apabila semua perkara dan urusan di atas lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah maka tunggulah datangnya bencana dan adzab dari Allah yang akan menimpa kalian.(Mukhtashar Ibnu katsir-Syekh Nasib Ar Rifa’I)

Buah Cinta Nabi
Bagi yang mencintai Rasulullah  akan mendapatkan hasilnya baik didunia maupun diakhirat,di antaranya adalah ;
1. Cinta kepada Nabi boleh mendatangkan manisnya iman.

Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Nabi bersabda:
Tiga perkara, barangsiapa yang berada di dalamnya maka ia akan mendapatkan manisnya iman; bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selainnya , bahwa ia mencintai seseorang dan tidak mencintai kecuali hanya karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekafiran seperti kebencian dia bila dilemparkan ke dalam api.(Muttafaqun alaih)
Arti manisnya iman sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama adalah merasakan lazatnya segala ketaatan dan siap menderita karena agama serta mengutamakan itu dari pada seluruh materi dunia.

(Fathul Bari 1/61)
2. Orang yang mencintai Nabi SAW akan tinggal bersamanya di akhirat.

Telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik ra bahwa ia berkata:
Pernah seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya: Wahai Rasulullah kapan hari kiamat datang? Beliau bersabda: Apa yang kamu persiapkan untuknya? Ia menjawab: cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul-Nya. Beliau bersabda: Engkau akan bersama orang yang kamu cintai. Anas berkata: Kami tidak bergembira setelah masuk Islam lebih daripada mendengar sabda beliau: Sesungguhnya kamu bersama orang yang kamu cintai.
Anas ra.berkata: Saya mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar dengan harapan saya bisa berkumpul bersama mereka walaupun saya tidak beramal seperti mereka.



Tanda-Tanda Orang Yang Mencintai Nabi

Diantara tanda-tanda mencintai Nabi adalah yang dinyatakan Al Qadhi ‘Iyadh: Termasuk tanda mencintai Nabi adalah membela sunnahnya dan menegakkan syariatnya serta ingin bertemu dengannya. Maka untuk mewujudkannya ia akan mengerahkan jiwa dan harta kekayaannya.(Syarkh Sahih Muslim -Nawawi)
Ibnu Hajar berkata: Termasuk tanda cinta kepada Nabi di atas adalah bahwa seandainya disuruh memilih di antara kehilangan dunia atau Rasulullah SAW kalau itu memungkinkan, maka ia lebih memilih kehilangan dunia daripada kehilangan kesempatan untuk melihat beliau, ia merasa lebih berat kehilangan Rasul daripada kehilangan kenikmatan dunia, maka orang yang seperti itu telah mendapat sifat kecintaan di atas dan siapa yang tidak bisa demikian maka tidak berhak mendapat bagian dari buah cinta itu. Yang demikian itu tidak hanya terbatas pada persoalan cinta belaka, bahkan membela sunnah dan menegakkan syariat serta melawan para penentang-penentangnya termasuk amar ma’ruf dan nahi mungkar.(Fathul Bari)
Marilah kita menghidupkan sunnah baginda, bukan sekadar dalam ibadah khususiyyah tetapi juga dalam akhlaq dan keperibadian kita, dalam dakwah dan muamalat kita.
Marilah kita mencintai Rasulullah SAW dengan setulus hati kita. Marilah kita cintainya dengan sebenar-benar cinta. Ayuh kita ucapakan rindu kita padanya dengan jiwa dan raga kita, dengan hati nurani dan dengan penuh perasaan.
Ya Rasulullah, kami cinta dan rindu padamu...
Ya Rasulullah, saksikanlah betapa kami ingin bertemu denganmu
Ya Allah ampunkan  kami kerana lalai dalam mengingati kekasihMu dan kekasih kami itu..

Sumber: http://langitilahi.com/2011/02/10/mari-mencintai-rasul/#more-618

No comments: